Jelajah

Desert Safari, Abu Dhabi

Berhubung surau di belakang komplek perumahannya rajin menyiarkan The Best Top40 Arabic Music selama bulan ramadhan, membuat bunda teringat pada masa ia terdampar (tepatnya mendamparkan diri) di Arabian Desert.

Adalah THE GANA, komplotan pejuang pahat bumi, yang datang dari berbagai belahan bumi, untuk mendalami ilmu bumi, di negara yang kaya atas kandungan perut buminya. Bunda adalah satu-satunya anggota The Gana dari Indonesia yang dikirim oleh kantornya ke overseas, untuk rajin belajar agar lekas pintar. Tugasnya kali ini adalah mendalami ilmu Drill Bit Training di Abu Dhabi. Namun bukannya serius belajar, ia malah sibuk mencari kegiatan seru apa saja yang dapat dilakukan di ibukota United Arab Emirates (UAE) ini.

Desert Safari. Ya, bunda menemukan aktifitas Safari yang unsur kegiatannya jauh berbeda dari Taman Safari di Cisarua, Jeep Safari di Bromo, atau Safari Animals di Afrika. Penasaran dengan judulnya, bunda beserta seluruh laskar pejuang perut bumi berangkat menuju padang sahara di penghujung minggu.

Rombongan dijemput dengan 2 buah Land Cruiser yang sudah parkir di depan lobby hotel pada pukul 3.00 pm. Kendaraan pun melaju selama 1 jam meninggalkan pusat kota menuju ke wilayah gurun dengan pemandangan hamparan pasir luas di seluruh bentangan jalan.

Laskar The Gana menyempatkan singgah di sebuah camel farm dimana mereka mendapat kesempatan untuk bertemu langsung dan melaksanakan sesi foto bersama binatang gurun. Merupakan pertama kalinya bunda berjumpa dengan onta secara ‘up close and personal’. Bunda memuji bulu mata mereka yang amat panjang dan lentik, walau kemudian ia kabur karena takut dicium eh diseruduk binatang berpunuk.

Perjalanan kembali dilanjutkan hingga akhirnya tiba di sebuah kompleks perbukitan savana yang tandus. Sejauh mata memandang hanyalah kumpulan bukit atau gundukan pasir halus berwarna coklat muda. Gurun pasir yang dahulu pernah subur dan menjadi tempat tinggal bangsa dinosaurus, kini menjadi taman bermain bagi para pemburu adrenaline.

Di lokasi sand dunes ini, The Gana kembali mengabadikan once in a lifetime moment sementara sang driver (yang menurut bunda mirip dengan Lorenzo –Renegade– Lamas) mengempiskan atau menurunkan tekanan udara ban mobil untuk disesuaikan dengan medan gurun.

Driver disini bukanlah sembarang driver. Mereka tak hanya harus menguasai teknik (Desert Safari skill & expertise) 4×4 wheel drive, juga wajib mengantongi izin dari kepolisian setempat –setelah lulus pelatihan khusus mengendarai kendaraan di padang pasir selama tiga hingga enam bulan (katanya).

Jenis mobil yang digunakan pun tak boleh sembarang mobil. Tanpa melupakan faktor kenyamanan, kendaraan khusus untuk safari mem-provide keamanan dengan memiliki seat belt di masing-masing tempat duduk untuk setiap penumpang. Kaca mobil pun diperkuat agar tidak pecah dan pasir tidak akan masuk, sehingga tidak terlalu berbahaya bila mobil terguling (katanya lagi). Oh really?

Setiap driver bebas memilih bukit pasir yang hendak dilaluinya, karena tidak ada lane atau jalur khusus untuk safari di padang pasir. Bila ‘beruntung’, driver anda akan menempuh jalur yang cukup berbahaya, menakluki bukit pasir tinggi dengan derajat kemiringan extreme. Walaupun (lagi-lagi katanya) jarang terjadi, terkadang dua mobil menaiki bukit yang sama dari sisi yang berlainan sehingga bertabrakan di puncak bukit pasir. O Em Ji, mendengar hal itu nyali bunda bertambah ciut!

Jumlah penumpang Premium Desert Safari adalah 6 orang (termasuk driver) dalam setiap kendaraan. Umumnya, adrenaline seekers akan memilih duduk di front seat tepat disamping pengemudi, agar dapat lebih leluasa mengalami aksi ‘stuntman’ bak di layar laga. Lain halnya dengan bunda yang memilih duduk manis kinyis kinyis di middle row serta berpegangan erat pada sisi mobil (maunya sih pegangan erat pada Lorenzo Lamas yang aseli). Pengemudi memerintahkan pasukan gurun untuk segera mengencangkan sabuk pengaman, dan bersiap!

Dune bashing Safari dimulai. Mobil mendaki sampai puncak tertinggi, berhenti sejenak seolah sedang menarik nafas, dan mendadak turun menukik di lereng curam. Berulang kali menunggangi bukit-bukit pasir dari yang berlereng landai hingga curam dengan berbagai styletermasuk sliding & rotating (istilah yang selalu hadir di kamus pengeboran minyak bumi). Dengan sengaja pengemudi belok-patah kemudi sehingga melingsir menuruni lereng dengan posisi badan mobil miring. Percikan pasir gurun tersebar di kaca depan dan samping mobil, bagaikan mengarungi samudera pasir!

Selama 15 menit bunda menyerahkan nasibnya ditangan kang mas Lorenzo Lamas. The real ‘roller coaster ride’ ini membuat jantung lamas eh lemas, perut mual,  dan badan pegal linu. Bunda bahkan sempat melaksanakan jurus pernafasan saat persalinan, berhubung ia baru saja melahirkan anak keduanya! Walau demikian, petualangan ini tetap mengasyikkan, apalagi bila dinikmati bersama teman yang sama-sama gokil. Tawa dan teriakan ngeri menjadi satu, sungguh pengalaman uji nyali yang seru!

Perjalanan kembali dilanjutnya, dan dari kejauhan bunda melihat fatamorgana berupa sebuah camp ditengah padang pasir! Penglihatan bunda yang berkacamata kuda eh bermata 4 ini tidak salah. Rupanya regu ini dibawa ke sebuah komplek perkemahan yang seluruh areanya dibatasi oleh pagar bambu. Didalam outdoor camp semi permanent terdapat sebuah panggung pertunjukan yang dikelilingi oleh barisan meja di atas hamparan karpet permadani. Beberapa pohon kurma tampak mendekorasi perkemahan. Camp area ini juga turut menyediakan taman bermain, lengkap dengan ayunan,  perosotan, serta lingkaran berputar (bunda jadi berpikir, apakah anak-anak dibolehkan ikut safari?).

Rupanya petualangan belum berakhir. Beragam aktivitas (yang sudah termasuk dalam harga paket) khas gurun sahara dapat ditemukan di sekitar perkemahan. Beberapa rekan bunda asyik meluncur turun dari atas bukit dengan papan sand boarding. Sementara bunda bersantai diatas bantal lemak (punuk) onta (baca: camel ride) seraya menyaksikan sunset on the desert. Entah kapan lagi ia dapat memandangi matahari terbenam di ufuk barat Middle East 😉

Setelah puas bermain pasir, The Gana memasuki perkemahan yang sudah diterangi oleh lampu sorot. Secangkir kopi arab (gahwa) dengan aroma yang cukup menyengat menyambut kedatangan laskar gurun yang sudah tampak lelah dan kehausan. Selain itu beverages berupa teh, kopi, dan cool soft drinks turut sedia sebagai refreshments untuk melepas dahaga.

Sambil menunggu persiapan barbeque dinner, para pelajar yang sukarela terdampar di tengah gurun ini mencoba Arabic costumes. The boys memakai baju jubah (thawb) dan sorban putih layaknya lelaki di jazirah arab, and the mother mengenakan abbaya berupa pakaian pelapis berwarna hitam yang dipakai oleh wanita Arab untuk bepergian ke luar rumah. Foto bersama dilaksanakan, dan bunda -yang dikelilingi para “sheikh”- menikmati kesempatan sebagai Queen of the Desert a.k.a. Sahara Queen 😳

Di camp ini jua para pengunjung perempuan dapat menghias tangan dan kakinya dengan henna. Henna painting dikerjakan oleh seorang perempuan arab cantik berbaju tradisional khas arab, namun sayang, ia tak bersedia diambil gambarnya sebagai kenang-kenangan untuk saya.

Setelah seluruh rombongan dari regu lain berkumpul di perkemahan, suguhan makan malam akhirnya digelar. Beragam makanan khas seperti shawarma kebab dan machboos sedikit menggelitik lidah bagi yang belum pernah menjajal masakan timur tengah. Protein yang dijumpai adalah daging ayam panggang, olahan daging sapi dan lembu dibaluri bumbu. Tak ketinggalan salad, roti naan, kentang goreng dan nasi.

Bunda mengambil makanan secukupnya karena simpul ususnya masih belum terurai akibat safari siang tadi. Segera ia menempati meja dan bantalan duduk yang disiapkan tepat di depan panggung. Ya, musik ‘disco‘ arabic sudah dilantunkan dan seorang penari perut (walau agak buncit) memeriahkan suasana.

Lesehan di atas tikar sudah biasa. Namun lesehan di atas permadani, dihibur belly dancer, dan  merasakan sensasi dinner under the stars baru luar biasa 😀

Walau langit malam semakin kelam namun acara belum jua berakhir. Setelah mengisi perut, pasukan bergeser ke bagian sisi kemah berhampar karpet diatas pasir. Waktunya untuk jamuan shisha (the famous Arabic water pipe) berbagai jenis dan rasa. Mulai dari tobacco, fruits, hingga herbal. Rasa apple, mint dan peach yang paling disukai bunda.

Lampu camp mendadak padam dan suasana menjadi gelap gulita. Dentuman musik arab pun tak lagi terdengar. Bunda sempat mengira mati lampu, tapi rupanya inilah acara puncaknya. Tanpa adanya penerangan –bare eye– maka terlihat jelas apa yang ada diatas cakrawala langit hitam.

Disini, ditengah gurun pasir, untuk pertama kalinya bunda menyaksikan, kerlap-kerlip gemerlap jutaan bintang bertaburan memenuhi angkasa raya! Sambil berharap penampakan bintang jatuh, ia mengucap syukur. Maha Agung karya Allah SWT. 😀

Saran KoperBunda:

  • Anda dapat memesan aktifitas Desert Safari melalui travel agent atau menghubungi concierge hotel anda.
  • Kegiatan Desert Safari ini mutlak dilaksanakan bila anda berkunjung ke UAE. Sesuai kata iklan, “A memory to share with your family and friends back home. This is one safari you can’t do back home. We recommend it highly and will be worth every penny spend !
  • Harga paket Evening Safari saat ini sekitar 250 dirham hingga 300 dirham/orang. Anda dapat memilih berbagai pilihan transport for a dune driving seperti Land Cruiser atau Hummer H2.
  • Kegiatan Desert Safari berupa: Dune bashing, Sunset in the desert, Camel ride, Sand boarding, Refreshments (coffee, tea, arabic coffee, soft drinks and dates), Arabic costumes, Henna painting, Dinner under the stars, Belly dancing, Shisha.
  • Buckle up! Anda wajib mengenakan safety belt properly.
  • Anda akan diberi beberapa kantong plastik untuk persiapan jikalau vomit, berikut penjelasan apabila mengotori mobil dengan muntahan akan dikenakan denda 500 dirham!
  • Pakailah baju yang nyaman untuk acara di gurun pasir. Panasnya cukup luar binasa dengan suhu antara 35°C – 45°C.  Bawalah minuman isotonik agar tidak mengalami dehidrasi.
  • Satu hal yang bunda perhatikan -selain panorama indah gurun sahara- adalah pasir gurun yang sangat lembut dan halus. Saking halusnya hingga membuat setiap ayunan langkah terasa berat. Ribuan butir pasir membenamkan telapak kaki setiap kali bunda menjejakkan kakinya. Berjalan beberapa meter saja sudah cukup melelahkan. Terbayang betapa berat perjuangan para musafir melintasi padang pasir. Disarankan memakai sepatu sports atau boots dan bukannya high heels!
  • Acara Desert Safari selesai pada pukul 10.00 malam dan anda akan diantar kembali ke hotel. Jangan lupa memberi tips kepada driver, kiranya sekitar 30 – 50 dirham.
  • Bunda tidak semata mengabaikan tugas belajarnya. Bahkan melalui pengalaman ini, ia menjadi lebih paham apa yang dimaksud dengan sliding & rotating pada vertical, directional, horizontal, multilateral drilling 💡 :mrgreen:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

counter statistics