Jelajah,  Makan Enak,  Tidur Nyenyak

Grand Edge Hotel & Food Arcade, Kota Semarang Atas

Bunda sempat tertipu dengan Candi yang berada di kota Semarang. Alih-alih menemukan bangunan peninggalan purbakala, adalah nama sebuah daerah yang masuk dalam kecamatan Candisari, Kota Atas Semarang.

Namun demikian, sesuatu tentang Candi mampu menyita perhatiannya. Walau tak menemukan situs pemujaan dewa dari batu, regu bunda mendapati kawasan yang charming dengan rumah-rumah bergaya klasik, art deco, dan gaya villa Eropa di alam tropis. Ya, kawasan yang sudah ada sedjak djaman pendjadjahan ini merupakan warisan budaya arsitektur bangunan kolonial dengan tamannya yang luas, hijau dan asri.

Tepatnya pada tahun 1916, opa Herman Thomas Karsten (seorang arsitek yang di-import dari Neverland eh Netherland) diundang Pemerintah Kotapraja (Gemeente) untuk merancang sebuah kota baru yang asri dan sejuk di bagian selatan kota The Port of Java. Sang opa menerapkan konsep “tropische staad” (tropical state) pada peletakan rumah, taman, dan ruang terbuka dengan mengikuti kondisi kontur perbukitan yang cukup terjal.

Candi Baru memang direncanakan sebagai kawasan hunian mewah berupa villa dan rumah peristirahatan tuan dan noni Belanda, dengan kata lain zona elite-nya kota Semarang. Kawasan ini masuk dalam wilayah lazim disebut Kota Atas yang memang secara geografis terletak di dataran tinggi, meliputi kecamatan Candi, Mijen, Gunungpati, Tembalang dan Banyumanik. Mempunyai ketinggian antara 90 m hingga 359 m dpl (above sea level) menjadikannya berhawa lebih dingin dan sejuk. Jalanannya pun berkelak-kelok mengikuti kontur perbukitan –salah satu ruas jalan berbentuk letter S berada di Jl. Rinjani. Kota Atas didominasi oleh perumahan yang ditunjang dengan berbagai sarana, yakni fasilitas pendidikan bertaraf internasional, rumah sakit, tempat peribadatan, lapangan olahraga, serta taman kota.

Suasana jadoel disekitar tampak kontras dengan sebuah bangunan modern di sudut Jalan Sultan Agung yang diberi judul Grand Edge. Sesuai dengan judulnya, gedung berdinding kaca ini tampak ‘Grand’ di tikungan jalan. Memiliki 10 lantai yang terdiri dari hotel bintang 4, food mall 3 lantai, dan area parkir.

Grand Edge Hotel & Food Arcade, merupakan hotel pertama di kota ATLAS yang mengusung konsep lifestyle hotel serta langsung terhubung dengan food arcade atau food mall.

Hotel yang baru melaksanakan soft opening pada bulan April 2015, mempunyai 118 kamar dengan 5 tipe berbeda yaitu Deluxe Premium, Deluxe Emerald, Deluxe, Executive Suite dan Junior Suite. Tatkala batalyon bunda datang menyerbu, hanya ada kamar Deluxe yang tersedia, sedangkan tipe lainnya masih dibedah atau dalam proses pembangunan. Kamar modern minimalis seluas 24 m² terasa mungil untuk menempatkan badan bongsor saya.

Sebuah mobil merk Chevrolet Impala, yang dahulu pernah mengantar ayahanda bunda ke sekolah, dipamerkan di tengah lobby hotel. Mobil ini beserta varian mobil ekslusif lainnya dapat disewa dalam acara “Mendadak Artis” berkeliling kota Semarang. Hotel Grand Edge juga memiliki Sky Pool on the roof top! Hampir menyerupai Marina Bay Sands hanya berbeda bendera negara ;). Breakfast buffet yang tersedia kurang menggugah selera –walau bunda memberi acungan jempol pada jamu beras kencurnya yang bercita rasa medhok :).

Tak menjadi masalah perihal berburu makanan, karena hotel ini terhubung dengan Food Arcade berjumlah 32 tenant yang dapat dikunjungi oleh penghuni hotel maupun food lovers. Food court di lantai 3 bernama Soul Kitchen menawarkan beragam pilihan konsumsi yang dapat dinikmati di dalam maupun di luar ruangan sambil asyik memandangi kota “Venice Van Java”. Tenant besar seperti Madam Huang’s, Bayleaf, Massimo Pizzeria, Momoya (yang masing-masing memiliki ‘edgy’ interior design) selalu ramai dengan muda-mudi yang tlah menjadikan food mall sebagai gaya hidup sekaligus “tempat gaul” a.k.a. bersosialisasi anak muda kota lumpia. Tak hanya restoran, disini juga disediakan kids playground serta salon agar pengunjung yang datang slalu tampil ‘edgy‘.

Mau yang lebih ‘edgy‘ lagi, datanglah ke lantai paling atas dimana terdapat Sky Pool yang terintegrasi dengan Carnivor Skybar & Grill. Restoran yang dapat dipesan untuk hajatan atau party, menghidangkan barbeque dan menu berbahan dasar daging sesuai untuk para Cannivores yang hobi kenduri ataupun sekedar santai menikmati pemandangan indah perbukitan dan pesisir laut Kota Bawah.

Kota Bawah merupakan denyut nadi kota Semarang dimana terdapat Pusat Pemerintahan, perkantoran, stasiun, bandara, serta pelabuhan. Kota ini merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 0,75 m hingga 3,5 m dpl, berada tepat di pesisir laut sehingga memiliki iklim yang panas. Kota yang dahulu pernah menjadi Fort City milik Belanda, kini banyak dihias dengan mall dan gedung-gedung tinggi.

Dengan adanya pembagian wilayah berdasarkan perbedaan kondisi rupa-bumi Kota Atas dan Kota Bawah, menjadikan Ibukota Provinsi Jawa Tengah tampak unik dan istimewa. Ketika ibukota lain hanya memiliki satu jenis ranah dan hawa, Semarang memiliki keduanya!

Sekilas catatan sewaktu bunda menyimak story telling dari Mpu Wikipedia; bahwasanya sejarah Semarang berawal kurang lebih pada abad ke-6 M, yaitu di daerah pesisir yang bernama Pragota (sekarang menjadi Bergota) merupakan bagian dari kerajaan Mataram Kuno. Daerah tersebut pada masa itu merupakan pelabuhan dan di depannya terdapat gugusan pulau-pulau kecil. Akibat pengendapan, yang hingga sekarang masih terus berlangsung, gugusan tersebut menyatu membentuk daratan. Bagian kota Semarang Bawah yang dikenal sekarang ini, dahulu merupakan laut. Pelabuhan tersebut diperkirakan berada di daerah Pasar Bulu dan memanjang masuk ke Pelabuhan Simongan, tempat armada Laksamana Cheng Ho bersandar pada tahun 1435 M. Di tempat pendaratannya, Laksamana Cheng Ho mendirikan kelenteng dan masjid yang sampai sekarang masih dikunjungi disebut Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu).

Pada akhir abad ke-15 M, Pangeran Made Pandan (Sunan Pandanaran I) dari Kerajaan Demak ditempatkan untuk menyebarkan agama Islam di perbukitan Pragota. Dari waktu ke waktu daerah itu semakin subur, dan dari sela-sela kesuburan itu munculah pohon asam yang arang (bahasa Jawa: Asem Arang), sehingga memberikan gelar atau nama daerah itu menjadi Semarang.

Sekian pelajaran sejarahnya, anak-anak. Jangan lupa besok kumpulkan PR-nya!

Saran KoperBunda:

  • Bila bunda-bunda yang lain gregetan melihat tas dan sepatu ber-merk, satu bunda nyentrik ini lebih nggreget melihat tanah nganggur! Sejumlah kavling pada pemukiman baru nan ‘edgy‘ ditemuinya saat survey bergerak naik-turun berkelak-kelok menelusuri Kota Atas. Bunda yang sedari dulu mendambakan sebuah rumah asri diatas bukit, ingin segera pindah bila tidak investasi di daerah Candi, tentunya bila ayah mengijinkan 😉
  • Mungkin anda juga berminat mencari hunian di sejuknya pegunungan serta masih mendapati semua fasilitas ibukota; Candi Baru dan beberapa kawasan Kota Atas Semarang dapat menjadi pilihan.
  • Saat ini banyak dijumpai hotel berbintang dan beragam restoran yang selain menyajikan variety menu makanan turut jua menyuguhkan panorama 360º. Kunjungi Lind’s Cafe yang berada di lokasi strategis perbukitan Jl. Papandayan. Anda dapat menyaksikan keindahan Semarang Bawah sambil menikmati steak dan ice cream yang menjadi andalan.
  • Bila anda mampir ke Grand Edge, cobalah menu signature Momoya yaitu Beef Teriyaki Don serta desert Cloudy Matcha ice cream. Anda juga WAJIB mencoba kue sus Monbisco dengan saus vla yang melts in your mouth!
  • Semakin banyak ‘edgy‘ resto-cafe yang #kekinian kian bertabur di kawasan Candi, seperti Valle Cafe, Beer Garden, Seven, Giggle Box, S2, Hugo, dan Latitude yang terletak di ‘edge‘ atau tepi tebing dengan pemandangan kota yang menakjubkan.
  • Tak lengkap bila belum menyicipi makanan khas Semarang seperti lumpia Mataram, tahu gimbal, tahu petis, dan soto Bangkong. Anda juga dapat mendatangi Kota Semarang Bawah untuk memesan se-kontainer Wingko Babat dan Bandeng Presto sebagai oleh-oleh untuk sekelurahan.
  • Selanjutnya, anda dapat menggunakan Jembatan Lemah Ireng untuk menyeberang ke Nagari Surakarta Hadiningrat. 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

counter statistics