Preparing the kids for a trip to the ancient wonder of Indonesia!
Judulnya saja sudah repot, apalagi persiapannya.
Gara-gara mbok Karsiyem Jessica pulang kampung, bunda jadi latah ingin ikut pulang kampung ke Ngayogyakarta Hadiningrat. Ya, beberapa abad yang lalu tempat ini menjadi asal muasal nenek moyangnya. Nama bapaknya bunda komplit dengan gelar Raden tercantum di pohon silsilah keluarga. Sayangnya, sosok bunda jauh dari cerminan rupa dan wujud seorang putri Raden.
Niatnya pulang kampung tapi sebenarnya tidak benar-benar pulang ke kampung halaman. Jangankan halaman, rumahnya saja tidak tahu! Lahir dan besar di Jakarta, bunda sudah tidak kenal sedulur dan sanak saudara. Parah sangad!
Dari balik lemari saya menguping perbincangan bunda dengan ayah,”Jadi yah, begitu mendarat di Yogya, kita langsung saja ke Magelang. Ayah tau kan bunda kesengsem berat sama Amanjiwo Resort. Lalu pindah ke Plataran Borobudur biar bisa lebih dekat lagi dengan Candi Borobudur. Kemudian balik lagi ke Yogya, menginap di Hotel Tentrem 2 malam, dan 2 malam terakhir di Sheraton Mustika.. Setuju yaa?!”. Cara bunda berpindah-pindah hotel ini membuat jantung saya sakit mendengarnya.
Kembali lagi ke laptop eh apa saja persiapan bunda membawa serta seluruh armadanya?
Secara berbuntut 3, bunda wajib memiliki packing list. Pakaian luar, pakaian dalam, jaket, baju renang, kaos kaki, sepatu, sandal, kacamata seceng-adem, kamera, charger kamera, charger hp, toiletries di dalam kemasan kecil, obat pilek batuk demam, vitamin, alas bedak, bedak tabur, bedak dempul, lipstik warna merah kuning hijau di langit yang biru, sisir, lotion, minyak telon, balsem tolak bala eh tolak angin, diapers, susu, botol susu, sikat botol, sabun cuci botol.. never ending list.
Bunda menyiapkan 2 koper untuk liburan satu minggu dengan akomodasi yang berbeda tempat. Selain saya, ada 1 lagi koper yang lebih imut menyandingi saya. Siasat andalannya adalah koper yang lebih kecil diisi dengan segala keperluan keluarga bunda selama 2 atau 3 hari pertama, sehingga tidak perlu membuka dan membedah isi koper kedua.
Namun cara ini kurang berhasil diterapkan bunda. Bunda (sudah biasa) salah menghitung jumlah pakaian yang harus disiapkan. Pernah anak wedoknya memakai baju yang sama selama 3 hari karena bunda lupa membawakannya baju lain. Selain itu hobi bunda menyisipkan barang-barang extra juga sudah cukup menyusahkan. Baju extra, diapers extra, handuk extra, guling extra, selimut extra, sprei extra, dan kasur extra membuat badan saya menjadi extra gemuk tidak beraturan! Berbeda sekali dengan cara ayah yang menyusun sendiri travel bag-nya dengan cepat, ringkas dan pas. Bila ditimbang, jumlah bawaan ayah hanya 1/10 dari muatan koperbunda.
Ketika pasukannya diberi tahu bahwa mereka akan berwisata budaya mengunjungi candi-candi di Jawa Tengah, raut wajah mereka tidak terlalu excited. Menurut mereka, candi itu tidak asyik seperti Disneyland dan tidak punya waterpark. Tapi lagi-lagi bunda memaksa, katanya, “Belum afdol menjadi anak Indonesia kalau belum mengunjungi Borobudur!”. Walau bunda sendiri belum pernah mengunjungi Monas.
Sebagai persiapan ilmu sebelum berangkat ke medan perang eh ke ‘djaman baheula’, bunda menggunakan jasa mBah Google yang amat cerdas. Pasukan ciliknya di-cekoki dahulu dengan kurikulum sejarah di Indonesia, khususnya Yogyakarta yang juga disebut sebagai Kota Seribu Candi. Di sekolah, mereka pun sudah mendapat pelajaran mengenai situs kuno yang dibangun pada masa kerajaan jauh sebelum negara Indonesia lahir.
Bunda sendiri amat tertarik dengan sejarah purbakala dan jaman kerajaan. Maklum waktu kecil kebanyakan membaca buku dongeng sehingga ia mengira dirinya sebagai titisan Cinderella. Saat remaja ia mengagumi Nefertiti, Cleopatra, dan juga Medusa.. hiih!
Baginya, bangunan kuno dan kisah dibaliknya memiliki eksotisme tersendiri. Terlebih bangga lagi bila monumen sejarah tersebut berada di tanah air — the ancient wonder of Indonesia.
Tak hanya candi Borobudur, laskar bunda berencana mampir ke Mendut dan Pawon di Magelang. Di Yogyakarta, mereka akan singgah di candi Prambanan, Sewu, Sambisari, Plaosan, Istana Ratu Boko dan Candi Ijo. Walau segan sungkem sama mbah uyut di Kesultanan, setidaknya, bunda masih ingin mengajak garis keturunannya mengenang periode kejayaan kerajaan masa lalu di Taman Sari.
Kemudian bunda mengatur rencana untuk singgah di Dome House, agar armada ciliknya terhibur melihat sebuah perumahan yang unik dan ‘kiyut’ seperti rumah Teletubbies. Dan demi memuaskan passion ‘wawabang’ si bungsu pada pesawat terbang, mereka akan berkunjung ke Indonesian Airforce Museum (Museum Dirgantara Mandala) yang berada di Lanud Adi Sutjipto, satu-satunya museum dirgantara di Indonesia.
Terdengar lagi suara nyaring bunda setinggi 8,9 oktaf saat ia memberi perintah pada sang asisten untuk memasukkan benda-benda asing ke dalam tubuh saya, “Jangan lupa cuaca sedang tidak bersahabat. Pagi hujan, siang panas. Bawa sunblock, topi, kipas dan payung. Kursi lipat juga dibawa dan sekalian dimasukin ke koper, sekiranya capek jadi bisa duduk-duduk dulu di atas Borobodur..”. Gubraakk, saya pun pingsan!
Saran KoperBunda:
Peringatan! “Bundapacker” dapat menyebabkan kanker (kantong kering), serangan jantung (saat melihat total tagihan biaya hotel dan pesawat), dan memicu kehamilan. Tidak disarankan bagi para backpacker, flashpacker, budget traveler dan no-expenses traveler.