Tentang KoperBunda

Tentang Koper

Adalah saya, sebuah koper hitam besar dan kokoh yang dimenangkan bunda pada pembagian door prize dalam acara Family Gathering kantornya satu dekade silam. Sayalah yang selama ini selalu setia menemani bunda dan keluarganya menjelajahi isi (bedah) dunia, meskipun itu artinya saya harus tersiksa..

KoperBundaBagaimana tidak, badan saya selalu dipenuhi oleh muatan yang membuat tubuh tegap gagah perkasa ini menjadi sangat montok! Belum lagi memakai acara ditarik, didorong, diseret, diinjak, diangkat dan ditumpuk dengan koper-koper lain yang kotor dan bau.

Seperti hari ini, kembali saya menjalani hari-hari yang menyiksa. Sambil menunggu giliran masuk ke roda berjalan di sebuah airport besar ibukota, saya memperhatikan secara seksama tingkah polah keluarga kecil ini –sehubungan dengan nama sang pemilik keluarga bergelayutan di telinga saya.

Sang ayah selalu siap, sigap dan cekatan mengurus segala keperluan yang dibutuhkan dalam setiap perjalanan. Mulai dari menyiapkan travel itinerary, booking tiket dan hotel, dokumen perjalanan, serta tentunya $$$. Ayah menyiapkan segala sesuatunya dengan sempurna agar keluarganya merasa aman dan nyaman di perjalanan.

Beban ayah bertambah tatkala harus mengangkat, menarik, serta mendorong tubuh saya yang mendadak buntal, seraya menggendong anak kesayangan yang sungguh manja padanya. Tak mudah ia mengepalai sebuah keluarga dengan seorang istri cerewet dan 3 anak super aktif. Satu-satunya sosok yang saya kagumi di dalam keluarga ini.

Sang bunda, seperti biasa sibuk foto-foto selfie sembari menunggu ayah yang sedang mengantri di counter check-in. Sesekali dia merapikan rambut lalu memoles ulang lipstick sambil mengawasi anak-anaknya yang sibuk berlarian di ruang tunggu. Selanjutnya ia membuka hand-phone, dan bila memungkinkan, meng-update status hendak pergi kemana di media sosial yang dianutnya.

Gubraaakk! Putranya yang paling bungsu jatuh tepat di hadapan saya. Tak sengaja ia terpeleset ketika berlarian dikejar oleh kakaknya. Bunda bergegas menghampiri dan langsung menggendongnya. Segera saja rentetan omelan keluar dari mulut ceriwisnya ditujukan pada pasukan kecilnya yang tidak bisa diam.

–Kepada orang yang melihat, bunda berusaha menutupi keadaan dengan tersenyum manis, meskipun sama sekali tidak manis!–

Kemudian, humphh..! Anak lelaki yang urutan lahirnya nomor 2 tiba-tiba sudah berada di atas badan saya. Wajahnya berubah kecut. Ia berdiam diri duduk bersila sambil mendekap erat kedua tangannya –Rupanya si Ujang bahagia eh ngambek diatas penderitaan saya…

Oh bunda tolonglah, kembalikan saya ke singgasana. Sungguh saya merindukan masa-masa kejayaan kala dipamerkan di etalase pertokoan, disorot lampu yang bersinar terang, semilir sejuk AC yang nyaman, dan pandangan kagum mereka yang memandangi tubuh kekar saya..

Tentang Bunda

I have chose a path to optimize my “career” being the best mother for my angels. My motherhood nature is calling.. it’s time to go home as a full time mom.

Itulah bait surat terakhir bunda yang diserahkannya kepada pimpinan dan rekan seperjuangan di sebuah perusahaan multinasional beberapa waktu silam. Bunda (officially) taking off her high-heels setelah bekerja 11 tahun lamanya sebagai Petroleum Engineer, Toekangjoealbit Engineer dan Travel Engineer di perusahaan pengeboran minyak dan gas bumi.

Saat ini karir yang sedang digelutinya adalah mengurus rumah tangga dan keluarga yang dicintainya. Menduduki jabatan sebagai Permaisuri; lingkup pekerjaan bunda kini tak hanya sebagai engineer, tetapi merangkap sebagai CEO executive assistant sang bojo, barudak teacher, Home Sweet Home designer, HR director khusus rekrut PRT, accountant vs tukang sayur, Unit Mendadak Gawat emergency doctor, ogah rugi banker, tanggal tua financial adviser, private detective pencolong listrik, masterchef-tumis kangkung-specialist, master-cling! service, plumber toilet mampet, mechanic sepeda roda tiga, tailor kancing baju copot, ronda security, jebret electrician, nina-bobo singer, serta antar-jemput bocah driver.

Pekerjaan ayah yang mendapat libur 2 minggu setelah 2 minggu berlayar di lepas pantai, memungkinkan bunda untuk menyalurkan hobi jalan-jalannya tanpa harus menunggu birokrasi ijin cuti yang panjang dan melelahkan. Ayah merestui keputusan bunda untuk berhenti bekerja, walau artinya pendapatan berkurang sementara budget traveling bertambah…

PS: Terima kasih kepada sang sahabat DaengBattala, yang telah menerbitkan sepenggal tulisan diangkat dari surat elektronik terakhir bunda kepada rekan sejawat “I’m (officially) taking off my high heels”

14 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

counter statistics