Cagar Alam Krakatau, Lampung
Dari jauh sudah tampak gunung hitam berbentuk kerucut dengan asap membumbung diatasnya, ketika kapal cepat bunda melintasi kaldera raksasa di Kepulauan Krakatau. Ya, itu adalah Krakatau Junior atau Anak Krakatau, dan kesanalah laskar D’Warriors menuju.
Pulau Anak Krakatau adalah sebuah pulau vulkanik kecil yang lahir dengan proses alami pada tahun 1927, tepatnya 44 tahun setelah ibunya (Gunung Krakatau) meletus. Pulau ini merupakan bagian dari sebuah gunung berapi yang muncul dari kedalaman 180 m di dasar laut, disebut sebagai Gunung Anak Krakatau.
Bagai anak yang sehat, pertumbuhannya juga cepat. Dengan kandungan ‘vitamin’ magma dominan silika, gunung yang juga sangat aktif ini, terus tumbuh dan bertambah tinggi sekitar 3,5 – 4,5 m/tahun. Saat ini ketinggian Anak Krakatau mencapai 315 m di atas permukaan laut, sementara ibunya dahulu cukup jangkung dengan tinggi 813 m dari permukaan laut.
Topografi di pulau ini juga senantiasa berubah seiring aktivitas vulkaniknya. Anak Krakatau ‘menyeruak’ muncul dari kawasan kaldera Krakatau Purba, di antara Pulau Sertung dan Pulau Rakata. Pulau Anak Krakatau ini adalah pulau bungsu (termuda) di Indonesia.
“KM SUBUR” speedboat yang membawa laskar bunda, kini telah tiba dan berlabuh di Pulau Anak Krakatau. Hanya membutuhkan waktu 1,5 jam dari pesisir Carita, berhubung cuaca cerah mendukung pelayaran. Sapuan ombak di atas pasir hitam dan seekor biawak menyambut kedatangan mereka. Yup, The ‘Bunda’ Warriors telah mendarat dan menjejakkan kaki di Krakatau Kingdom –achievement unlocked!
Ketika pertama kali menapaki wilayah ini, bunda menemukan pemandangan pasir hitam terbentang di sepanjang garis pantainya. Warna pasirnya bukan hanya sekedar hitam, bukan hitam glossy maupun hitam dove, melainkan hitam legam!
Pemandangan berikutnya adalah hutan tropis dan sebuah bangunan pos pemantau Krakatau. Di dekatnya, terdapat papan informasi mengenai Tata Tertib yang harus ditaati selama pengunjung berada disini. Disediakan juga informasi tentang Sejarah Vulcanology Krakatau, Suksesi Alam, dan peta Cagar Alam Krakatau. Segera bunda berseru pada regunya untuk melaksanakan kegiatan sesi foto ketika ia melihat bidang papan nama “Cagar Alam Krakatau”.
Secara administratif pemerintahan, Kepulauan Krakatau masuk ke dalam wilayah Desa Pulau Sebesi, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, provinsi Lampung. Pulau Anak Krakatau memiliki luas sekitar 320 Ha dan merupakan pulau tak berpenghuni. Pulau ini termasuk kedalam kawasan Cagar Alam Krakatau dengan total luas 13.605 Ha yang dikelola oleh Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lampung. Kawasan ini berupa wilayah perairan serta gugusan pulau-pulau kecil, yakni Pulau Rakata (1400 Ha), Pulau Sertung (1060 Ha) dan Pulau Panjang (320 Ha).
Pada tahun 1991, UNESCO mengakui Taman Nasional Ujung Kulon dan Cagar Alam Kepulauan Krakatau sebagai Warisan Alam Dunia atau The World Heritage Site. Keren!
Setelah puas berganti-ganti gaya dalam sesi pemotretan, D’Warriors melanjutkan acara trekking menuju Puncak Anak Krakatau. Sebetulnya tidak tepat juga disebut “puncak”, karena sejak letusan Gunung Anak Krakatau tahun 2011, pengunjung hanya dapat mendaki sampai ketinggian sekitar 200 meter (pos terakhir).
Ditemani 2 orang awak kapal yang menjelma sebagai guide dan juga berfungsi sebagai bodyguard, pasukan ini menelusuri jalanan setapak berpasir menembus hutan. Keadaan alam sekitar mirip ‘hutan baru’ karena tidak tampak pohon berukuran besar dan tua. Banyak terlihat pucuk atau bakal daun yang muncul pada pohon, mayoritas berupa pohon pinus.
Tak lama melangkah, mereka sudah berada pada jalur yang menanjak menuju ke atas gunung. Hamparan pasir hitam sisa aktifitas vulkanis Anak Gunung Krakatau membentang hingga ke puncak. Daerah punggung gunung Anak Krakatau umumnya masih gundul karena suhu tinggi dan kekurangan air. Tampak jelas garis alur lahar yang dimuntahkan gunung ini —dan pasukan ini berjalan diatasnya!
Mendaki disini juga harus waspada, selain hamparan pasir panas, banyak kerikil dan batu-batu tajam berserakan, mulai dari berukuran kecil hingga ‘segede gaban’ (bunda meringis ‘ngeri’ tatkala membayangkan batu vulkanik besar yang terbang melayang dari dalam perut bumi!).
Langkah bunda (seperti biasa) terseak-seok kala mendaki dan menyurusi lereng dengan kemiringan 45°, tak malu dengan laskar ciliknya yang telah melejit pesat hingga ke puncak. Walaupun demikian, berjalan kaki selama 30 menit – 45 menit di atas gunung api yang masih sering mengeluarkan lava dan material lainnya ini menjadi salah satu bentuk sensasi tersendiri baginya.
Against all odds, satu-persatu peserta kelompencapir bunda tiba di puncak asmara eh puncak Anak Krakatau. Disana sudah ada laskar cilik serta lansia (sang kakek) yang mengibarkan bajunya (tak ada bendera, baju pun jadi) sebagai tanda memperingati keberhasilan D’Warriors mencapai puncak #pos terakhir. Tak lupa lagu ‘Indonesia Raya‘ dan ‘We are the Champions‘ turut dikumandangkan, menggaung di seluruh Kepulauan Krakatau —Mission accomplished!
Rasa haru, puas dan bangga memenuhi perasaan bunda yang baru kali ini mendapat pengalaman mendaki gunung berapi. Sukaria terpancar dari wajahnya tatkala ‘negeri elok nan indah permai amat kucinta’ terpampang di depan mata. Bunda sangat menikmati “once in a lifetime moment”; menghirup kedamaian dan menyesap suguhan alam yang terdapat di kawasan Krakatau Kingdom.
Namun ia tak betah berlama-lama diatas sana ketika terik matahari disertai hawa panas vulkan datang melanda. Apalagi asap putih yang membawa hawa sulfur/belerang terasa menyengat di saluran pernafasan, ibarat bau mulut yang terus-menerus dihembuskan oleh si Krakatau Junior. Sehingga keluarga antik ini pun segera berjalan kembali, menuruni lereng, menyusuri hutan, dan tiba di pantai untuk mengisi perut yang sudah keroncongan.
Ikan segar yang baru saja dibeli dari perahu nelayan, sudah tampak well-done diatas nampan. Ikan-ikan ini dibakar secara sederhana (baca: primitif) diatas ranting kayu. Terasa segar walau tanpa garam dan cuka. Tak sabar mereka pun langsung melahap hingga duri yang tersisa. Luncheon menu berupa ikan bakar, nasi goreng sosis & ham, serta dessert lupis ketan Medan dan saus gula merah Jawa. Walau ‘gak nyambung’ tapi tetap nikmat.
Setelah acara mengisi perut usai, D’Warriors bersiap untuk melanjutkan pertualangan. Mereka kembali menaiki kapal dan tiba di spot karang yang indah di kawasan perairan Cagar Alam Krakatau. Pasukan katak bunda segera terjun bebas setelah mengenakan snorkeling equipment, mask dan fin (kaki katak) untuk menyaksikan sisi lain berupa keindahan bawah laut yang dimiliki oleh gunung berapi ini.
Lingkungan laut di Kepulauan Krakatau menawarkan daya tarik tersendiri karena memiliki lebih dari 50 spesies ikan dan terumbu karang yang tampak asri menyatu dengan biota laut. Begitu juga berbagai jenis ikan hias yang asyik ‘wara-wiri’, memiliki sejuta warna yang begitu indahnya. Dengan umpan roti dan biskuit, kawanan bunda dapat berenang bersama Nemo-Nemo cantik yang ada disini.
Tak ada bosannya menikmati wahana laut di wilayah ini, hingga harus dipanggil pakai toa untuk menyudahi kegiatan snorkeling. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB. Saatnya kapal kembali angkat jangkar dan pulang ke daratan Pulau Jawa. Sang kapiten tak mau menanggung resiko perubahan cuaca dan angin yang berhembus kencang menjelang petang.
‘Bumpy ride’ di sepanjang perjalanan. Kapal melaju secepat kilat menerjang gulungan ombak di lautan. Anehnya, pelaut cilik justru tertidur pulas bagai ditimang-timang di ayunan.
Saran KoperBunda:
- Anda dapat menghubungi pihak hotel di tempat anda menginap, bila ingin mengetahui lebih lanjut mengenai informasi ke Krakatau. Namun harap diingat, biaya yang dikenakan di setiap hotel atau agent berbeda-beda. Kemarin bunda masih terkena biaya jasa penghubung atau makelar (yang tidak murah) dari pegawai hotel untuk mendapatkan contact no. pemilik speed boat.
- Kini, anda dapat langsung menghubungi Pak Ujang di no. 081906152494 untuk negoisasi harga penyewaan speed boat yang tentunya lebih murah tanpa jasa makelar. Kisaran harga sekitar Rp. 3 juta hingga Rp. 4 juta tergantung pilihan aktifitas anda, disertai include meal atau tidaknya.
- Pak Ujang mengatakan bahwa penumpang yang diangkut maksimum berjumlah 5 orang. Lebih dari itu akan dikenakan charge. Hal ini disebabkan oleh faktor berat yang banyak menguras bensin, pengaruh pada speed dan danger risk bila muatan berlebihan.
- Harga sudah termasuk wahana speed boat Carita – Krakatau (PP), trekking to Anak Krakatau, dan snorkeling. Dengan biaya tambahan, anda juga dapat melaksanakan berbagai aktifitas air, seperti banana boat, jet ski, memancing hingga diving.
- Setiap boat sudah menyediakan life jacket, peralatan snorkeling, serta cooler yang berguna untuk menyimpan minuman dingin.
- Tidak adanya ruang ganti (baik di pulau maupun di kapal) membuat bunda mengenakan pakaian berlapis dengan swimsuit dan shorts di balik outfit-nya, semenjak dari hotel. Memudahkan bila hendak langsung terjun ke laut atau sekedar basah-basahan di pantai. Bawalah handuk atau kain Bali yang dapat berguna untuk menutupi badan anda yang basah.
- Prepare your equipment! Sepatu untuk trekking, snorkeling gear, topi, kain, handuk, baju ganti, serta waterproof camera untuk mengabadikan ‘Nemo’ di Selat Sunda.
- Anak Krakatau masih relatif aman meski aktif dan sering terjadi letusan kecil, namun ada saat-saat tertentu dimana turis dilarang mendekati kawasan karena bahaya lava pijar yang dimuntahkan gunung api ini.
- Cuaca buruk sering terjadi pada bulan Desember sampai Februari. Pada saat itu angin bertiup kencang disertai gelombang yang tinggi sehingga mengakibatkan terjadinya kecelakaan di laut.
- Bila anda lebih bernyali, silahkan mencoba camping di Pulau Anak Krakatau. Saat ini telah banyak pihak yang menawarkan program ‘semalam menginap dalam tenda bersama biawak’ di atas pulau eksotis ini. Bunda sendiri lebih rela menunggu hingga tenda glamping didirikan di Anak Krakatau 😆
- Sisa makanan seperti duri tulang ikan, bungkusan makanan, serta botol minum plastik sebaiknya dikumpulkan dan dibuang pada tempatnya. Disini tidak ada petugas cleaning service!
- Dilarang buang sampah ke laut! Selain merusak ekosistem, juga membuat laju speed boat yang ditumpangi bunda terhenti beberapa kali karena baling-balingnya tersangkut sampah! 😡
- Sejak tanggal 5 Juni 1990, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan memindahkan Cagar Alam Kepulauan Krakatau ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lampung. Hal ini bertujuan untuk melindungi dan mempertahankan integritas kawasan ini sebagai sebuah kawasan konservasi yang penting bagi ilmu pengetahuan dan pendidikan. Jadi silahkan rekan-rekan Geologist datang menyambangi tempat ini 🙂
- Secara teori, Anak Krakatau masih dalam tahap membangun sehingga belum mampu menghasilkan energi letusan yang sangat besar. Tetapi, jika tiba-tiba magma Anak Krakatau berinteraksi dengan air bawah laut, atau ada injeksi magma dari sumber lain yang lebih asam, Anak Krakatau bisa sangat berbahaya! Oleh karena itu, dilarang datang sambil ‘ngemil’ jamu kunyit asam, sayur asam, garang asam, pempek kuah cuka nan asam.. asal.com
- Pertama kalinya bunda pergi naik gunung, dan ia boleh bangga, karena gunung pertama yang dinaikinya adalah Gunung (Anak) Krakatau 😀
Celoteh KoperBunda: Baca juga kicau KoperBunda lainnya ketika menginap di Aston Anyer Beach Hotel dan kala melintasi kawah raksasa Krakatau Kingdom.
One Comment
Danis
emg indah banget dari semua lini. ini mah beneran mantep