Tidur Nyenyak

Villa Cempaka Fontaine La Riviere, Cisarua Puncak

“Ayah, ini ada villa yang bagus di Puncak.. La Fontaine.. La Riviere.. wah nyebut namanya aja susah, udah pasti bagus tuh, yah..”, seruan bunda mengusik ayah yang sedang asyik bersantai di teras. “Villanya bertema Colonial Dutch, seperti di jaman penjajahan dulu..”, ayah mulai bergeser risih merasa terjajah oleh bunda.

Jadilah hari ini kembali saya digotong dan diangkut menuju Cisarua Puncak. Dua kendaraan berkonvoi untuk mengikuti acara yang bertajuk Family 100 eh Family Vacation. Bertepatan dengan perayaan bunda yang bertambah usia, bertambah tua namun tidak bertambah dewasa dan bijaksana.

Ayah sengaja menggiring pasukannya untuk berangkat di pagi hari agar tidak terjebak kemacetan di pintu tol Ciawi. Sebelumnya, ayah telah menerima kabar bahwa waktu berkunjung di villa Cempaka sangatlah fleksibel. Tamu bisa datang check-in di pagi hari dan check-out ba’da siang esok harinya, selama tidak ada tamu lain yang datang.

Seperti komentar orang pada airbnb.com yang dibaca bunda, benarlah tempat ini amazing adanya. Jalan masuknya saja sudah amat menarik. Memasuki pintu gerbang, menuruni gunung, menyeberangi sungai, meniti hamparan sawah hijau, melewati barisan bunga yang tertata rapi dan beberapa villa besar dengan taman yang dirawat indah.

Sesampainya di depan Villa Cempaka Fontaine, rombongan bunda disambut oleh air mancur dan senyum gigi Pepsodent Pak Ujang. Beliau memperlihatkan keadaan seluruh kamar dan fasilitas yang terdapat disini. Villa Cempaka terdiri dari 4 kamar yang bisa disewa harian, mingguan atau bulanan. Keluarga inti bunda, orang tua, mertua dan ipar, semua mendapat kamar masing-masing.

Design Colonial Dutch terlihat dari bentuk bangunan, furniture, hingga pernak-pernik aksesorisnya yang membuat villa ini terasa spesial dan berbeda dari yang lain. Dua buah foto besar sang pemilik yang dipajang disamping perapian juga menarik mata untuk melirik.

Bagai tour di museum, setiap ruangan memiliki cerita dan daya tarik sendiri. Mulai dari teras, ruang keluarga, kamar tidur, kamar mandi, hingga air mancur di tengah villa sungguh mempesona. Begitu juga setibanya di teras belakang, menemukan pemandangan kolam renang di tepi sawah, sungai dan pegunungan, menambah rentetan decak kagum yang keluar dari mulut bunda. Apalagi ketika ia masuk ke dining room dan ruang built-in kitchen, bola matanya bergambar gulden ketika mendapati piring, gelas, mangkuk porcelain khas eropah yang begitu indah.

Selain memadu padan dengan perabot kayu ukiran khas Jawa Tengah, tampak banyak furniture yang diangkut langsung dari negara kincir angin. Ada sebuah kursi antik dengan tjap ‘Netherlandsch Indie 2 ½ cent 1945’ yang menarik perhatian bunda.

Villa ini benar-benar tau cara membuat penghuninya merasa nyaman dan terhibur. In-house music berupa CD player komplit dengan sound system dan kumpulan CD berbagai era (khususnya era babeh gue), menggaung di seluruh ruangan. Suara merdu dari penyanyi pop, jazz, country, terutama alunan seruling bambu Sundanese country mampu membuat saya tertidur lelap. Sayangnya suara fals bunda saat mengiringi anaknya bermain piano kembali membuat saya terjaga dari mimpi indah bertemu noni Belanda.

Saran KoperBunda:

  • Villa yang loeas dan younique ini sayang bila hanya dinikmati sendiri. Bawalah pasukan satu RT namun jangan lebih dari 8 orang dewasa, karena extra charge akan dibebankan bila muatan berlebihan.
  • Piano, meja bilyar, kolam renang, jacuzzi, outdoor barbeque, kompor dan perangkat dapur, semua boleh digunakan layaknya berada di rumah sendiri.
  • Harga menginap sudah termasuk sarapan dengan menu nasi goyreng, ayam goyreng dan kerupuk goyreng. Boleh request menu tambahan sayur asam buatan istri Pak Ujang dan sambal lalapan sebagai tjemilan.
  • Sebaiknya luangkan waktu untuk mengeksplorasi kompleks villa sekitarnya. Villa-villa besar dengan taman nan luas dipenuhi bunga yang bermekaran dalam hawa sejuk ini amat mempesona. Ayah bahkan mengajak bunda berkeliling Desa Cisarua dengan meminjam motor Pak Ujang.
  • Jangan lupa memberi tips yang memadai untuk Pak Ujang. Bapak yang telah memandu jalan agar tidak tersesat, mengepel lantai ketika minuman susu anak tumpah, mencuci tumpukan piring kotor hingga bersih tanpa noda, dan yang selalu ada saat dibutuhkan ini layak mendapat bintang.
  • Jangan terlalu lama memandangi foto sang pemilik yang berpose ala tuan dan noni Belanda di Hotel Des Indes. Bukan apa-apa, takutnya malah jadi naksir dengan sang pemilik yang rupawan dan cantik jelita.
  • Sebelum semakin ngawur, saran terakhir yang tak kalah penting adalah: anda harus mencari info jadwal jam buka-tutup jalur Puncak, atau siap-siap terjebak di tengah lautan mobil yang menanti jalurnya dibuka kembali. Bila terlanjur terjebak, matikan mesin kendaraan lalu seduhlah kopi. Kemacetan dinikmati saja sambil menyesap kopi dan kemudian menyapa penumpang di mobil sebelah. Istilahnya bunda: macet gaul!
  • Terakhir, silahkan simak Puncak Gallery seandainya anda terjebak macet gaul dan tak bisa pulang..  😆

 

8 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

counter statistics